Ruang Untukmu

Bab 225



Bab 225

Ruang Untukmu

Bab 225

“Om Elan tidak akan datang. Dia orang yang sibuk, Jodi. Om Elan mungkin tidak akan pernah datang lagi. Jangan terlalu merindukannya,” ujar Tasya sembari menatap putranya dengan raut muka serius, berusaha menghilangkan kerinduannya.

“Akan tetapi, aku merindukannya,” ujar si kecil Jodi yang cemberut karena dia sangat merindukan Elan.

“Tahanlah. Kita tidak bisa terlalu mengganggunya, ya?” Tasya berkata.

Wanita itu lalu melanjutkan dengan nada yang lebih gembira, “Mama mungkin akan mengambil mobil Mama besok, jadi setelah Mama sudah bisa mengendarainya denga baik, ayo kita jalan–jalan, ya?”

“Hore! Iya! Selamat mengemudi, Mama.”

Tasya membawa putranya pulang dan membeli pizza untuk makan malam mereka. Wanita itu punya banyak pekerjaan malam ini, jadi putranya tidak mengganggunya. Si wanita terus mengerjakan drafnya di kamar saat layar biru tiba–tiba muncul di komputernya. Awalnya, Tasya bersemangat. Namun, dia sekarang kebingungan saat dihadapkan dengan layar biru. Nôvel(D)rama.Org's content.

Apa yang sedang terjadi? Bagaimana dengan fail berhargaku yang sudah disimpan?

Tasya memegangi kepalanya dan mengerang. Saat itu, sudah jam 9 malam. Namun, dia harus menyerahkan drafnya sebelum jam 10 pagi besok. Kalau dia tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya malam ini, Alisa pasti akan memotong bonus

performanya.

Tidak mungkin! Aku baru saja membeli mobil dan uangku sedang kurang! Aku perlu menghasilkan uang!

Tasya merasa gelisah selama beberapa detik, tetapi dia lalu langsung teringat seseorang, Omar di Blok 10. Pria itu ahli komputer, tetapi wanita itu tidak bisa membawa komputernya keluar untuk diperbaiki. Jadi, wanita itu hanya bisa meminta Omar memeriksa komputernya. Selain itu, Omar sepertinya orang yang bsia dipercaya.

Si wanita melihat jamnya, dia tahu dia harus merepotkan Omar dengan meminta bantuan si pria.

Aku mau tahu apa dia lembur atau di rumah?

Tasya menelepon Omar dengan ragu. Teleponnya berdering selama sekitar 8 detik sebelum suara laki–laki yang gembira itu terdengar di ujung telepon, “Halo? Nona Tasya?”

“Omar, apa waktumu sedang luang sekarang? Komputerku tiba–tiba layarnya biru, tetapi aku punya banyak draf yang harus diserahkan besok. Apa kamu bisa datang sekarang dan memeriksa komputerku?” pinta Tasya dengan tulus.

“Tentu, aku akan segera ke sana. Beri aku waktu sebentar.”

“Tentu saja, tentu saja. Maaf merepotkan.”

“Sama sekali tidak,” kata Omar dengan siap.

Tasya memberi tahu putranya kalau Omar akan segera tiba untuk memperbaiki komputer. Si kecil mengangguk. Wanita itu juga buru–buru mengganti piamanya dan menjadi kaus kasual dan celana jin, menunggu Omar datang mengetuk pintunya.

Sekitar 10 menit kemudian, Omar mengetuk pintu dan Tasya mempersilakannya masuk. Omar memakai kemeja kotak–kotak biru polos yang dipadukan dengan celana jin. Sebagai seorang

pemrogram, pria itu berambut hitam yang sangat lebar, memberinya aura ceria dan sejuk ditambah dengan wajahnya yang tampan.

“Kamu di sini, Omar! Masuk, masuk! Tidak usah melepas alas kakimu dan menggantinya dengan sandal dalam ruangan,” ujar Tasya yang langsung menyambutnya dengan antusias.

Omar datang ke sana sudah siap memperbaiki komputer Tasya, pria itu membawa dengan persiapan untuk memperbaiki komputernya, dan dia membawa diska lepas saat dia memasuki kamar tidur Tasya. Jodi juga datang melihat Omar dan memberikan pria itu segelas air, “Om Omar, silakan diminum airnya.”

“Terima kasih, Jodi. Aku akan memperbaiki komputer ibumu dulu,” balas Omar yang mengambil segelas air dan menyimpannya, si pria lalu mulai bekerja dengan

sungguh–sungguh di komputer.

Sementara itu, sebuah mobil hitam misterius dan mulia berhenti di pintu masuk kompleks apartemen. Roy melirik pria yang duduk di jok belakang dengan mata terpejam, “Pak Elan, apa Anda yakin tidak mau pulang dan istirahat sebentar? Anda belum tidur selama 24 jam terakhir.”

“Tidak perlu,” kata Elan sambil membuka matanya.

Dia bergegas kembali hanya untuk melihat wanita ini dan putranya.

“Apa saya harus menemani Anda?”

“Tidak apa–apa,” jawab Elan yang membuka pintu mobilnya dan keluar.

Si pria sudah menjadi wajah yang familier bagi satpam, jadi si satpam yang berusia paruh baya itu mengizinkannya masuk. Meskipun wajah Elan yang tampan terlihat kelelahan, dia sepertinya sedang

berada dalam suasana hati yang gembira karena

memikirkan ibu dan anak itu. Saat angin sepoi–sepoi menerpa wajahnya, dia berjalan ke tempat tujuannya.

Aku penasaran apa wanita yang tidak tahu terima kasih itu merindukanku belakangan ini?

Elan menuju ke unit 1502 di lantai 15 Blok 8. Pria itu sudah punya kuncinya, tetapi Tasya sudah mengambil kuncinya. Oleh karena itu, si pria hanya bisa mengetuk pintu. Di sisi lain, Tasya berada di kamar tidurnya, si wanita sedang memperhatikan Omar memperbaiki komputernya dengan saksama. Wanita itu agak mengeryit saat mendengar ketukan di pintu.

Siapa yang kemungkinan bisa mengunjunginya semalam ini?

Apa mungkin seorang petugas datang untuk memeriksa meteran gasnya? Lagi pula, ada pemberitahuan yang tertempel di pintunya pada sore hari. Tasya tidak berpikir dua kali, dia yakin kalau itu pasti si petugas. Tasya berjalan ke pintu dan mengulurkan tangan untuk membuka pintunya hanya untuk terkejut di tempat saat mengenali pria yang berdiri di bawah sinar lampu.

Next Chapter


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.