Bab 218
Bab 218
Bab 218
Helen menganggukkan kepalanya dengan senang. “Baiklah, aku akan beritahu apapun yang ingin kamu tahu.”
“Helen, kamu berteman dengan Tasya sejak masih kecil. Aku ingin tahu bagaimana Tasya bisa kehilangan keperawanannya dan siapa laki–laki yang melakukan tindakan bejat itu.” Ujar Elan sambil menatap Helen tajam.
Mendengar pertanyaan Elan, senyum Helen seketika menghilang. Dia pun menghela napas dan tersenyum. “Kamu.... ingin tahu tentang hal itu?”
“Tolong ceritakan padaku, Helen.” terlihat jelas kalau Elan mendesak Helen untuk menjawab.
Helen tidak tahu harus melakukan apa. Laki–laki yang duduk di seberangnya itu tidak tahu kalau justru dialah yang melakukan tindakan bejat itu! Tapi tentu saja Helen tidak mau memberitahu Elan tentang itu. Dia menarik napas dalam–dalam, seolah dia sudah mempersiapkan dirinya untuk menjawab pertanyaan ini.
“Kasihan Tasya. Kejadian malam itu juga membuatku trauma karena hal itu terjadi saat dia berusaha menolongku. Kalau aku tidak menelponnya, dia tidak akan masuk ke dalam ruangan itu dan dia tidak akan bertemu bajingan itu. Meskipun Tasya menuduhku atas semua yang terjadi, aku mengakui kalau itu semua terjadi karena kesalahanku.”
“Dia menuduhmu apa?” tanya Elan.
Ketika Helen mengangkat kepalanya, matanya memerah dan penuh penyesalan. Lalu dia menarik napas dalam–dalam. “Aku tahu tidak akan ada orang yang mau mengalami hal itu. Tasya adalah perempuan kuat, tapi dia sudah kehilangan keperawanannya. Dia membenciku. Dia bilang kalau akuContent protected by Nôv/el(D)rama.Org.
sengaja mengajak laki–laki itu ke dalam dan menyebabkan hal menakutkan itu terjadi. Aku menerima semua tuduhannya padaku, karena memang aku patut disalahkan. Seharusnya waktu itu aku tidak memintanya untuk datang. Saat itu aku sedang bersama klien dan mereka cukup merepotkan, makanya aku meminta bantuan Tasya. Tapi, aku tidak menyangka kalau dia akan masuk ke ruangan yang salah dan bertemu bajing*n itu...” ujar Helen sambil memejamkan matanya dan perlahan meneteskan air mata.
Dada Elan terasa sesak. Apakah semua ini terjadi pada Tasya? Matanya menatap Helen dengan tatapan dingin. “Kalau begitu, apa kamu ingat apa yang terjadi?”
“Itu adalah hal yang tidak ingin aku ingat. Aku hanya ingat kalau itu terjadi di sebuah klub malam kecil, bahkan aku sudah lupa nama klubnya. Aku sudah mencoba untuk melupakannya, tapi... Aku tidak akan pernah bisa melupakan saat Tasya keluar dari ruangan dengan penampilan berantakan.” Helen terus menceritakan betapa kejinya hal yang dialami Tasya saat itu, karena Helen yakin pasti Elan akan jijik. Seseorang,
sehebat dan semulia Elan pasti memiliki semacam OCD. Jadi dia tidak akan mau menyentuh tasya lagi!
Tapi, Helen menggigit bibirnya dengan penuh emosi ketika dia melihat Elan mengepalkan tangannya dengan erat sampai urat nadinya terlihat. Apakah Elan marah pada Tasya?
Tak peduli, Helen terus bercerita sambil berurai air mata, seolah dia juga menjadi korban. “Aku juga berpikir kalau aku patut disalahkan karena penderitaan yang Tasya alami. Tapi, yang aku tidak mengerti adalah, Tasya mau melahirkan anak dari si bajing*n itu meskipun dia sangat membenci laki– laki itu.”
Merasa heran, Elan langsung menyela, “Maksudmu, laki–laki itu adalah Ayah Jodi?”
Helen menganggukkan kepalanya. “Kurasa begitu. Menurutmu apa Tasya mau berhubungan dengan laki–laki lain setelah apa yang terjadi padanya? Aku yakin dia pasti menganggap semua laki–laki itu bajing*n!”
Mendengar hal itu, Elan termenung. Sepertinya Jodi adalah anak si bajing*n itu...
.
“Elan, aku tahu kamu peduli pada Tasya karena Ibunya sudah berkorban banyak untukmu. Jadi wajar saja kalau kamu ingin menjaganya.”
Elan ingat kalau dia belum pernah memberitahu hal ini pada Helen, tapi mengingat Helen dan Tasya sangat dekat saat mereka masih kecil, dia merasa wajar saja kalau Helen tahu tentang hal itu.
“Aku memang sangat berhutang budi pada mereka. Kalau begitu, apa kamu tahu kenapa Tasya mau melahirkan anaknya?” Elan tidak bisa mengerti alasan Tasya melakukan hal itu. Meskipun Jodi adalah anak yang manis dan dia senang karena Jodi dilahirkan di dunia ini.
“Aku tidak tahu. Tapi, Tasya perempuan yang keras kepala. Ayahnya bahkan sampai mengusirnya dari rumah waktu itu. Dia menganggap Tasya mempermalukan keluarga mereka. Kalau alasan kenapa dia mau melahirkan anak itu, sepertinya karena dia tidak punya pilihan lain. Aku khawatir dengan anaknya kalau dia sampai bertemu dengan laki–laki yang memperkosa Ibunya. Kasihan sekali! Seharusnya
Tasya tidak melahirkannya.” Intinya, Helen mencoba memberitahu Elan kalau Tasya adalah perempuan yang egois.
Previous Chapter
Next Chapter