Ruang Untukmu

Bab 146



Bab 146

Bab 146

Tatkala Tasya menyaksikan semakin banyak daging babi yang menghilang, ia merasa bangga

“Om Elan, apakah makanan yang disiapkan oleh Mama enak?” Jodi bertanya dengan penasaran,

“Enak. Luar biasa rasanya.” Elan tidak bisa menahan ini untuk tidak memuji dan bahkan melirik wanita itu.

Dengan terbatuk–batuk ringan, si wanita menyarankan, “Kamu hates 11.kn lui kalau kamu suka,”

“Kamu tidak ada nasi lagi,” gerutu si pria

Tasya yang terdiam menatap pria itu. Dia membatin. ‘Berapa porsi nasi yang sudah kamu makan?

epannya. Aku salali menghitung hari ini,”

“Anu ... Aku akan memasak nasi lebih banyak lagi k jawabnya dengan canggung.

Saat ini, Elan meletakkan peralatan makannya dan bersendawa yang hampir membuat si wanita tertawa terbahak–bahak. Bagaimana pria in bisa menyiratkan kalau dia masil belum kenyang kalau dia sekenyang itu sampai–sampai dia bersendawn? Pria itu bahkan menutup mulutnya sebelum berjalan ke gelas yang dia lihat di rak sebelahnya sebelum segera meminum air di dalamnya.

“Itu milikku!” Tasya berseru segera.

“Tidak masalah,” kata Elan sambil tersenyum nakal saat dia minum, All text © NôvelD(r)a'ma.Org.

“Namun, aku mempermasalahkannya!” seru si wanita dengan kesal.

Seringai Elan berubah menjadi lebih nakal. “Yah, itu membuatku semakin ingin meminumnya.”

Lagi–lagi, Tasya dibuat terdiam. Dalam hatinya, wanita itu sudah memutuskan untuk memberikan pria itu barang kebutuhan sehari–hari seperti kacamata kalau pria itu akan makan di tempatnya untuk tahun depan juga. Setelah itu, si wanita bangkit untuk merapikan meja Begitu dia sedang mencuci piring, Jodi bertcriak dari pintu. “Aku akan jalan–jalan dengan Om Elan, Mama! Apa Mama mau ikut turun nanti?”

Sambil menengokkan kepalanya, wanita itu berteriak menanggapi “Iyal Kalian pergi saja terlebih dahulu!”

Jodi turun ke bawah dengan senang hati bergandengan dengan Elan. Ini pertama kalinya Tasya merasa aman untuk menyerahkan putranya kepada seorang pria yang bukan lrans atau Nando Sebenarnya, wanita itu agak terkejut dengan dirinya sendiri. Sejak kapan dia memasukkan pria ini ke dalam hidupnya semudah itu?

Ah! Benar saja, beberapa hal memang tidak bisa dilantikan. Bahkan, saat si wanita bilang kalau dia tidak akan pernah berhubungan apa pun dengan Flam, hidup mereka sudah terikat tanpa dia sadari.

Begitu Tasya sudah selesai merapikan dapur, dia mengeluarkan sampah dan turun ke bawah. Tanaman hijau dan fasilitas di lingkungannya sangat bagus, mendorong banyak orang tua dan anak– anak untuk berjalan–jalan di malam hari. Setelah membuang sampah ke tempat sampah, wanita itu pergi mencari Elan dan anaknya.

Lampu di lingkungannya ini tidak terlalu terang, tetapi cukup redup untuk menciptakan kontras yang bergaya dengan tanaman hijau. Begitu si wanita mempelajari area di sekeliling kursi malas dengan hati–hati, dia tiba–tiba mendengar suara yang dikenalnya datang dari area kebugaran. Meskipun suaranya terdengar jauh, Tasya bisa tahu kalau itu adalah suara tawa Jodi.

Akan tetapi, jantungnya seolah berhenti. Sudah lama sejak dia mendengar putranya tertawa sebahagia itu. Dia segera berbalik hanya untuk melihat kalau Elan bersama putranya di bar monyet di bawah

cahaya lampu. Anak laki–laki kecil itu berpegangan pada sebatang bar dan menggantung di udara. Meskipun Elan sudah melepaskan cengkeramannya, pria itu berdiri di dekat Jodi dengan protektifnya.

Ketika lengan Jodi menjadi lemah dan dia hampir terjatuh, Elan menangkapnya yang membuat anak itu tertawa parau lagi dan berseru, “Lagi, Om Elan!”

Berdiri tidak jauh dari sana, Tasya menyaksikan mereka tanpa pergi ke sana untuk mengganggu. Sebenarnya, adegan di mana Elan dan Jodi bermain bersama memang mengingatkannya pada seorang ayah dan anak. Putranya sangat mirip dengan Elan. Tatkala pria dewasa itu melihat Jodi yang bersikeras untuk terus bermain dengan bar monyet, Elan meladeni anak itu dengan sabar dan bahkan terkadang tertawa pelan.

Elan terlihat tinggi dan tegap tatkala dirinya berdiri di bawah cahaya lampu bersama Jodi. Lengan bajunya digulung dan memperlihatkan lengannya yang berotot sementara celananya menggambarkan garis pinggul dan kakinya yang kuat dan tegas. Ada sesuatu yang menghipnotis dari pria itu.

Tasya mau tak mau mencuri pandang sebelum akhirnya dia memutuskan kalau ini sudah larut dan mereka seharusnya tidak mencuri waktu Elan lagi. Jadi, wanita itu memanggil anaknya selagi dia berjalan kea rah putranya yang berkeringat, “Ayo pulang, Jodi!”

“Aku masih mau bermain, Ma,” kata Jodi yang masih kecanduan bermain karena dia jarang memiliki kesempatan untuk melakukan sesuatu seberat ini.

Previous Chapter

Next Chapter


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.