Antara Dendam dan Penyesalan

Bab 625



Bab 625

Selena terlihat berbeda dari biasanya, dia juga secara khusus sedikit merias wajahnya. Rambutnya digulung rapi, mengenakan mantel wol berwarna biru dan dipadukan dengan anting–anting berlian biru.

Leher yang putih bagaikan leher angsa, sangat elegan dan mewah.

Kakinya yang dibalut sepatu hak tinggi berjalan dengan anggun. Meskipun tidak segemerlap pesta penghargaan, dia terlihat lebih cantik dan anggun.

Dalam hal penampilan, bahkan selebriti di lingkaran ini pun tidak ada yang bisa menandinginya. Dalam hal kepribadian, dia juga tiada duanya.

Bahkan William yang kali pertama melihat Selena pun langsung tertegun.

Aura wanita ini seperti patung suci yang tidak dapat dicapai. Ini kali pertama William merasakan bahwa seorang wanita dapat digambarkan dengan kata suci.

Harvey berdiri dan berinisiatif mendekatinya, lalu mengulurkan tangannya ke arah Selena, “Kenapa nggak kasih tahu dulu kalau kamu datang?”

Selena juga dengan alami meletakkan tangannya di telapak tangan Harvey, kedua tangan yang memakai cincin pernikahan itu saling menggenggam.

Dibandingkan dengan kegelisahan yang dirasakannya saat baru bangun, sekarang Selena tidak lagi

menolak Harvey.

Status dua orang ini seperti pasangan pacar yang sudah berkencan selama setengah bulan. Meski belum mencapai tahap asmara, hubungan mereka sudah cukup baik.

1

Selena tersenyum lembut, “Kudengar kamu mengalami sedikit masalah, jadi aku datang buat melihat- Property of Nô)(velDr(a)ma.Org.

lihat.”

“Nggak apa–apa, aku bisa mengatasinya,” ucap Harvey menariknya ke tempat duduknya, lalu

mengisyaratkannya untuk duduk.

Selena tidak berkata apa–apa, sementara William yang kembali sadar dari kekagumannya pun berucap,”

Sungguh iri dengan sikap baik Kakak. Bahkan di saat–saat genting seperti ini, masih punya energi untuk

bermesraan.”

Selena duduk, lalu mengangkat kepalanya untuk melihat William. Saat dia datang, sopir

memberitahunya tentang situasi saat ini, dan melalui cerita sebelumnya dari Benita, Selena juga

mengetahui apa saja yang dilakukan William.

Seorang anak yang baru berusia tiga tahun bergabung dengan orang lain untuk menindas Harvey, memang benar bahwa ada orang yang lahir sebagai orang jahat tidak ada hubungannya dengan usia.

Meskipun William berpakaian bagus dan terlihat seperti anak kecil yang pura–pura menjadi dewasa, itu tidak dapat mengubah fakta bahwa jiwanya sangat kotor.

“Di zaman ini, bahkan anjing pun bisa ikut pemilihan, memangnya melanggar hukum kalau menunjukkan kemesraan? Kalau Tuan William nggak terima, kamu juga bisa menggandeng anjing betina datang kemari untuk menunjukkan kemesraan, pasti nggak akan ada yang menghalangi kalian.”

Orang–orang di sekitar pun terkejut. Aroma permusuhan ini lebih kuat dari sebelumnya.

Setidaknya Harvey tidak akan menyerang secara verbal, tetapi Selena tidak memedulikan banyak hal.

Mau bagaimanapun, Selena hanya seorang wanita kecil, paling–paling hanya akan adu mulut tanpa memedulikan perasaan dengan William. Selena tidak takut, memangnya William bisa menurunkan harga

dirinya?

William awalnya terkejut sejenak. Berdasarkan Informasi yang dia baca tentang Selena, bukanlah termasuk wanita yang menakutkan.

Mana ada kalimat pertama langsung menyerang secara terang–terangan?

Tampaknya Selena lebih menyenangkan dari yang William bayangkan.

“Ajaran Kakak Ipar memang benar.” William menyunggingkan senyuman, dengan sangat rendah hati

menundukkan kepala.

Selena mungkin tidak pernah berpikir bahwa William bisa tertawa dengan begitu bahagia setelah dihina.

Orang–orang seperti ini sering kali yang paling menakutkan. Mereka tertawa bahagia di depan orang lain, namun di belakang akan membuatmu menderita sampai mati.

*Jangan seenaknya memanggilku, suamiku nggak punya adik.”

Senyum William makin bahagia seperti rubah.

“Baiklah. Kalau Kakak Ipar nggak senang, aku nggak akan memanggilmu.”

Pandangan itu dengan lancang menatap dari atas ke bawah di wajah Selena, membuat orang merasa

sangat tidak nyaman.

Terdengar suara “brak” yang berasal dari tinju Harvey menghantam meja.

“Kalau kamu nggak mau mati keluar dari sini, tutup mata jahanammu itu.”

Saat ini, Harvey memancarkan aura yang ganas, orang–orang yang mengenalnya secara refleks mundur dua langkah.

Hanya William yang mungkin tumbuh besar dengan hati yang berani. Dia tanpa ragu menjawab, “Nona Selena begitu cantik, benar–benar membuat orang lain susah mengalihkan pandangan darimu. Kak kamu nggak lupa apa yang pernah aku ucapkan, “kan?”

William pernah berkata bahwa segala sesuatu yang dimiliki Harvey harus dirampas, termasuk

wanitanya.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.