Bab 611
Bab 611
Meskipun Selena tidak mengenal mereka, tetapi entah kenapa hatinya berdebar kencang hanya dengan mendengar suara tangisan bayi itu.
Dia perlahan berjalan ke arah pria jangkung itu dan bertanya. Apa kamu butuh bantuan?”
Enntah ilusi atau bukan, tetapi Selena merasa tubuh pria itu tiba–tiba membeku begitu mendengar
suaranya.
Namun, pria itu berdiri membelakanginya. Selain itu, dia juga mengenakan masker. Jadi, Selena tisak bisa melihat ekspresinya dengan jelas.
Dia pun segera berkata, “Tuan, jangan salah paham. Saya hanya kasihan melihat Anda mengasuh dua orang anak sendirian.”
Namun, pria itu tetap diam dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun, Di sisi lain, bayi yang masih berada di kereta dorong justru menangis semakin kencang.
Suaranya pun menarik perhatian Selena.
Di atas kereta dorong berwarna putih, terlihat seorang bayi perempuan yang mengenakan jumpsuit berwarna merah muda terus menangis hingga wajahnya mengkerut merah.
Selena pun segera menggendongnya. Tanpa disangka, pria jangkung tadi sama sekali tidak
menghentikannya.
“Sayang, apa kamu lapar? Jangan menangis ya, anak baik,” ucap Selena berusaha menenangkan bayi
itu. Owned by NôvelDrama.Org.
Bagai sihir, bayi itu tiba–tiba berhenti menangis begitu mendengar suara Selena.
Mungkin karena terlalu lama menangis, bayi kecil itu mengusap–ngusapkan wajahnya sambil merengek
pelan di pelukan Selena.
Selena pun baru bisa melihat wajahnya dengan jelas. Fitur wajah bayi itu terlihat sangat halus, apalagi
sepasang mata besar bulatnya yang tampak seperti anggur hitam.
Tetesan air mata terlihat menyangkut di bulu matanya yang panjang dan tebal.
Gadis kecil ini sangat cantik seperti bayi seorang bidadari.
Namun, kenapa Selena merasa anak ini terlihat agak familiar?
Entah aisa yang bayi thu pikirkan, tetapi dia tiba–tiba tertawa riang di pelukan Selena. Terlihat lesung pipit
di pipi kirinya yang tidak terlihat begih jelas karena wajahnya yang gemuk.
Selena tersadar, dia kemudian segera meminta maaf dan berkata, “Maal, tadi aku langsung
menggendong anakmu. Lihatlah dia sudah berhenti menangis,”
Namun, pria jangkung itu malah menatapnya cukup lama sebelum akhirnya bertanya, “Apa kamu tidak mengenaliku?
Suara pria itu terdengar pelan dan sedih,
Saking pelannya, Selena sampai mengira itu hanya halusinasinya saja.
Karena takut salah dengar, Selena akhirnya bertanya, “Apa Anda baru saja mengatakan sesuatu, tuan?”
Pria itu kemudian melirik ke sekeliling dengan waspada dan berkata, “Ini bukan tempat yang arnan untuk berbicara, mari kita pindah ke tempat lain.”
Kali ini Selena mendengarnya dengan jelas. “Apa kita saling kenal?” tanyanya.
Pria jangkung itu akhirnya berbalik menghadap Selena, tubuhnya yang terbungkus rapat membuat Selena hanya bisa melihat matanya.
Penampilannya tanpa sadar membuat Selena sedikit takut.
Pria itu terlihat bingung sejenak sebelum akhimya berbicara lagi. “Aku akan menunggumu di kafe lantai tujuh. Datanglah sendidan dan Jangan beri tahu slapa pun.”
Dia kemudian mengambil bayi tadi dari pelukan Selena dan berpesan. “Aku akan memberi tahumu semua kebenarannya.”
Bayi itu kembali menangis begitu terlepas dari pelukan Selena. Pria tadi pun segera menggendongnya dan dengan tergesa–gesa membawa tumpukan perlengkapan bayi yang dipilihnya menuju ke meja kasir.
Pengawal yang mengikuti Selena pun menghampirinya dan bertanya, “Nyonya, apa yang orang itu
katakan?”
Meskipun Selena tidak mengingat hubungan di antara mereka, tetapi nalurinya berkata kalau dia harus menuruti perkataan pria tadi.
“Aku melihatnya mengasuh dua orang anak dengan kesusahan. Jadi, aku berinisiatif untuk membantunya. Dia pun mengucapkan terima kasih padaku,” ucap Selena.
Nolan yang berdiri di sebelahnya memasang ekspresi serius dan berkata, “Nyonya, orang itu terlihat
agak aneh. Anda harus menjauhinya, jangan sembarangan berinteraksi dengan orang asing. Kita harus segera pergi setelah mengambil belanjaan.”
“Oke,” Jawab Selena singkat.
Selena mengalihkan pandangannya dari pria tadi yang masih berada di meja kasir. Dia merasa agak gelisah karena pria itu berkata akan menunggunya di kafe.
Haruskah dia pergi menemuinya?