Antara Dendam dan Penyesalan

Bab 312



Bab 312 Di tengah desiran angin, Selena tidak jatuh ke laut. Harvey dan Isaac meraih tangannya secara bersamaan.

Jelas-jelas ini adalah kali pertamanya Harvey dan Isaac bekerja sama, tetapi keduanya sangat kompak. Mereka langsung membawa Selena ke daratan.Exclusive content from NôvelDrama.Org.

Harvey menarik Selena ke dalam pelukannya, memeluk tubuhnya yang dingin dengan erat sambil berkata, “Seli, maafkan aku.” Selena tidak menanggapinya, kemudian Harvey segera menggendongnya kembali ke dalam kabin.

Saat melewati Isaac, keduanya saling menatap sejenak. Saat itu, Isaac ingin mengatakan sesuatu, tetapi pada akhirnya, dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.

Dia teringat dengan ucapan Selena di atas geladak belum lama ini. “Isaac, nanti aku akan

menyelamatkanmu dengan cara yang ekstrem. Setelah itu, segera tinggalkan Kota Arama dan jangan kembali dalam beberapa waktu ini.”

“Kak Selena, jangan main—main. Aku baik—baik saja. Aku sudah lama mempersiapkan diri kalau harus gagal, jangan terlalu mengkhawatirkanku.”

Selena tersenyum tak berdaya, tetapi tatapannya terlihat tegas dan tak tergoyahkan. “Jangan khawatir, aku harus tetap hidup untuk mencari kebenaran, aku tak akan mati.” Selena berkata dengan nada dingin, “Kalau cara yang dilakukan terlalu ringan, kita semua akan celaka.”

Sekarang Isaac baru paham kenapa Selena harus bertindak seperti ini. Sebenarnya dia tidak ingin mati, tetapi dia hanya ingin bertahan hidup.

Selena ingin mencari jalan keluar untuk dirinya sendiri dan untuknya. Kalau seperti sebelumnya dia dibawa kembali oleh Harvey, yang menunggunya adalah kehidupan yang terpenjara dan suram. Selena tidak punya pilihan selain memerankan adegan bunuh diri ini.

Ini adalah satu-satunya cara untuk mengendalikan Harvey, tetapi konsekuensinya dia tidak akan bertemu dengan Selena lagi dalam beberapa waktu ini.

Harvey ketakutan karena terus—menerus mendapat pukulan dari Selena akhir—akhir ini. Dia paling takut kalau Selena pergi. 2 sudah menyelamatkan Selena dengan susah payah. Setidaknya untuk saat ini, dia tidak berani lagi menyekapnya. 1/2

Dia menggendong Selena ke tempat tidur, mengeringkan rambut basahnya dengan pengering rambut, kemudian menyeka air mata di wajahnya dengan handuk hangat.

Setelah itu, Harvey mencari satu set plama dari koper Selena untuk dia ganti. Bonbon terus memandang Harvey dengan tatapan tajam. Selena tahu dia tidak suka hewan peliharaan berbulu. Kalau tidak, saat menikah Selena akan membawa Bonbon bersamanya.

Pandangan Harvey terus tertuju pada Bonbon beberapa kali. Namun, Harvey hanya meliriknya sebentar sebelum mengalihkan pandangannya dan tidak mengatakan apa—apa lagi.

Setelah itu, Chandra membawakan semangkuk sup jahe.

Harvey duduk di sisi tempat tidur sambil menghiburnya dengan suara lembut, “Jangan khawatir, aku tak akan menyentuh kucing

itu.

Sambil berbicara, Harvey mengambil sesendok sup dan meniupnya, lalu menyodorkannya ke mulut Selena, “Ayo, minum sedikit.”

Adegan ini membuat Selena merasa akrab sekaligus asing. Dia teringat pada saat mereka baru menikah, Harvey secara khusus mencari seorang tabib tua untuk mengobatinya, sebagai persiapan sebelum hamil. Selena paling tidak suka makan obat tradisional, dia selalu menolaknya sambil cemberut.

Harvey menyuapinya sesendok demi sesendok. Karena merasa sangat pahit, Selena langsung meminumnya dalam satu tegukan.

Selena baru saja mendapatkan bantuan darinya, jadi dia tahu apa yang harus dia lakukan. Dia tidak menolak dan tetap meminumnya. Saking geli dengan rasanya, dia sampai mengernyit. “Apakah rasanya setidak enak itu?”

Entah ada berapa banyak irisan jahe yang dimasukkan, bahkan tidak menambah gula sedikit pun, makanya ujung lidah Selena terasa pedas.

Dia mengernyit sambil berkata dengan nada sinis, “Enak atau tidak, coba saja sendiri.” “Ok, aku coba.”

Harvey malah memegang bagian belakang kepala Selena, lalu mencium bibirnya.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.