Bab 302
Bab 302 Harvey yang berjalan di pintu segera berbalik dan melihat ke arah Maisha, “Bibi, kamu bilang apa barusan?”
Harvey kebetulan melihat Maisha mengangkat jam tangan berbentuk beruang kecil itu sambil menangis, lalu menjawab, “Ini jam tangan yang aku berikan pada Selena sebelum pertunangannya. Saat dia masih kecil, aku berjanji padanya kalau dia dapat peringkat pertama, aku akan memberikannya jam tangan baru tahun itu. Tapi pada tahun itu aku pergi, jadi jam ini ingin aku berikan sebagai gantinya.”
Maisha meletakkan jam tangan telepon di dadanya sendiri, “Pasti Selena pernah datang, dia nggak mau jam tangan telepon, juga nggak menginginkan ibunya ini. Ini memang salahku, salahku.”
Harvey sudah lari keluar.
Rumah sakit yang begitu besar ini dipenuhi dengan orang-orang yang datang dan pergi, mana ada seperti Harvey yang menginginkan bertemu seseorang?
“Seli!” Harvey meneriakkan nama Selena dengan keras, tetapi tidak ada yang menjawab.
Chandra berjalan ke sampingnya dan berucap “Tuan Harvey, sudah kami selidiki kalau jam tangan itu diletakkan oleh petugas kebersihan rumah sakit. Dia bilang ada seseorang yang memberinya uang agar melakukannya. Nyonya nggak pernah kemari.”
Hati Harvey perlahan—lahan tenggelam, Selena bahkan tidak datang menjenguk Maisha yang sedang sakit parah, dia jelas sudah memutuskan hubungan keluarga di hatinya.
Selena bahkan bisa mengorbankan ibu kandungnya sendiri, lalu bagaimana dengan Harvey?
Harvey hanya merasa kepalanya berputar dan tubuhnya terguncang hingga hampir jatuh.
Chandra pun menahan tangannya, “Tuan Harvey, kamu baik—baik saja?”
Harvey menahan kesedihan di hatinya dan menjawab, “Chandra, Seli nggak menginginkan aku lagi.” Entah sejak kapan langit menurunkan hujan, Harvey mendorong Chandra yang memapahnya, kemudian berjalan tanpa tujuan dengan langkah gontai ke depan.
Angin dingin bercampur hujan bertiup kencang ke arahnya, Harvey berjalan beberapa langkah dan tiba- tiba berbalik.
“Aku tahu.”
“Apa?”
“Entah itu pesawat atau kereta cepat, jika Sell membeli tiket, aku akan langsung tahu, dan aku sudah +15 BONUS
memerintahkan orang untuk memeriksa semua pintu tol, jadi dia nggak mungkin ambil risiko.”
Chandra melihat ke arah Harvey. “Tuan Harvey, maksudmu
“Dia pergi melalui jalur air!”
Pandangan Harvey menjadi lebih bersinar sedikit, “Kapal kargo yang berangkat ke luar negeri sangat mudah untuk menyembunyikan orang.”
Chandra mengernyit, “Tapi Pelabuhan Arama saat ini sudah menjadi salah satu dari tiga pelabuhan teratas di dunia, dengan banyak kapal kargo yang datang dan pergi setiap hari. Kalau kita mau mencarinya, mungkin bukan hal mudah. Terlebih lagi ada kapal kargo internasional yang menepi untuk mengisi bahan bakar. Meski kita mendapatkan perintah penggeledahan yang sah, mencari satu per satu
kapal tetap saja akan memakan banyak waktu.”NôvelDrama.Org owns this text.
“Pergilah, cetak semua data kapal selama tujuh hari terakhir, baik yang keluar maupun yang masuk pelabuhan, bahkan yang hanya lewat saja untuk minum air, catat dengan rinci dan berikan kepadaku!”
“Siap.” Harvey sepertinya telah menemukan arah, dia pun mengepalkan tinjunya erat—erat. Seli, aku nggak akan membiarkanmu pergi!
Saat ini, Isaac yang telah menyelesaikan semua persiapan, memasukkan Bonbon ke dalam tas kucing sambil tersenyum, “Kakak, ayo pergi.”
Selena melihat pohon sakura itu dengan bengong, “Rencananya masih ada dua hari lagi, kenapa tiba- tiba dipercepat?”
“Pergi lebih awal bisa membuat hati lebih tenang.”
Isaac melihat Selena dengan lembut, “Ada keinginan lain yang mau Kak Selena capai?”
Selena menggeleng. “Nggak, aku sudah mengucapkan selamat tinggal kepada orang lain yang harus aku ucapkan selamat tinggal, mari kita pergi.”
Isaac tahu apa yang ada di pikiran wanita itu. Bagaimanapun, ini adalah kampung halaman Selena yang ditinggali selama bertahun-tahun, selain itu entah kapan akan kembali setelah perpisahan ini, ditambah lagi Selena belum mengetahui siapa orang itu, jadi dalam hati Selena selalu mengkhawatirkan masalah ini.
“Baiklah.”
Isaac membawa beberapa mainan Bonbon keluar rumah, Selena berdiri di persimpangan jalan sembari memandang ke satu arah. Itu adalah rumah keluarga Bennett, dia melihat pohon prem yang menjulang tinggi. “Mau pergi ke sana buat ucapkan perpisahan?” « 15 BONUS “Nggak usah, aku nggak mau menimbulkan masalah baru.” Setelah pergi ke keluarga Bennett, Harvey tentu saja juga mengetahuinya. Selena perlahan mengalihkan pandangannya. Dalam hati dia mengucapkan selamat tinggal dan naik ke dalam mobil. Mobil perlahan masuk ke jalan, Selena memandang pemandangan yang sudah dilihatnya selama bertahun-tahun dengan perasaan yang rumit.
Melihat ekspresi murung Selena, Isaac dengan lembut menghibur, “Kak Selena, tunggu sebentar, aku akan pergi ke kedai untuk membeli beberapa makanan ringan.”
*Kamu masih ingat kesukaanku.” “Apa yang Kak Selena suka, aku nggak pernah melupakannya sehari pun.” Isaac turun dari mobil dan bergegas masuk menuju gang.
Karena sedang terburu—buru, saat dia pergi dengan membawa banyak tas, dia menabrak seseorang hingga kunci mobilnya jatuh.
Bola kecil merah yang tergantung di kunci mobil terlepas dan berguling—guling di sepanjang jalan batu bata hijau hingga ke sebelah sepatu kulit yang mengilap.