Antara Dendam dan Penyesalan

Bab 300



Bab 300

Berdiri di sampingnya, Alex melihat Harvey berkeringat deras dengan ekspresi yang sangat suram.

Kemarin malam, Harvey akhirnya bisa tidur dengan bantuan obat tidur. Namun, sepanjang malam dia terus mengigau. “Tuan Harvey, apakah Anda bermimpi buruk?”

Harvey baru saja bangun dan suaranya serak, “Aku punya firasat buruk.”

“Mungkin karena terlalu banyak hal yang terjadi belakangan ini ...”

Alex mencoba menghibur, tapi Harvey menginterupsinya dengan dingin, “Periksa setiap perbatasan dengan baik, aku khawatir Seli akan pergi dari Kota Arama.”

“Pergi? Tapi Tuan Arya sekarang hilang, dan dia adalah satu-satunya orang yang Nyonya pedulikan. Mana mungkin Nyonya bisa pergi pada saat ini?”

“Kamu bilang pada hari itu ada empat kelompok orang yang menculik Arya, mungkin salah satunya adalah orang—orang Selena sendiri?”

“Saya rasa kemungkinan ini kecil, Nyonya tidak memiliki hubungan dengan siapa pun selama bertahun- tahun ini. Bagaimana mungkin Nyonya mengenal tentara bayaran? Tuan Harvey tidak ada di tempat saat itu, jadi Tuan tidak melihat orang—orang itu membunuh tanpa belas kasihan.”

Harvey mengerutkan keningnya dan bersandar di atas tempat tidur dengan ekspresi dingin.

“Lalu bagaimana kamu menjelaskan kenapa kita masih belum juga bisa menemukan Seli kalau dia jelas- jelas berada di Kota Arama.”

“Tuan Harvey, maksud Anda, ada yang membantu Nyonya?”This belongs © NôvelDra/ma.Org.

“Tidak menutup kemungkinan.”

Harvey langsung bangun dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi.

Di mana Selena bersembunyi? Harvey sudah mencari di semua tempat yang bisa dia cari,

Sekarang pembayaran melalui ponsel sudah sangat canggih. Selena tidak memegang uang tunai, dan juga tidak ada sejarah transaksi di akunnya, bagaimana Selena bisa bertahan hidup?

Pasti ada yang membantu Selena.

Tapi siapa?

Olga bersenandung sambil melangkahkan kakinya yang mengenakan sepatu hak tinggi. Belakangan ini, dia bahkan bisa menghadapi penindasan dari bosnya dengan lebih baik.

Belakangan ini tidak makan dengan baik, mau makan apa hari ini?

Katanya di daerah sebelah baru saja buka restoran daging panggang. Membayangkan daun selada yang segar dan hijau membungkus daging yang lembut dan wangi membuat air liurnya menetes.

Olga baru saja menelan ludah membayangkan makanan enak yang akan disantapnya ketika dia melihat Harvey yang sedang merokok di tikungan.

Orang lain bertemu cinta di tikungan, tapi Olga malah bertemu dengan pria berengsek. Olga terus berdoa dalam hati agar Harvey tidak melihatnya sambil terus mundur ke belakang. Setelah beberapa langkah, Olga menyadari bahwa dia memutari tempat yang sama.

Harvey menarik syalnya, tanpa menunjukkan sedikit pun sikap seorang pria yang sopan. Kedua mata Harvey menatap lurus ke Olga, suaranya jernih dan dingin, “Bisa ngomong sebentar?”

Olga sangat ingin menampar tangan Harvey untuk menunjukkan bahwa dia tidak ingin berbicara dengan Harvey, tapi dia tidak berani memprovokasi Harvey Irwin si iblis ini.

Anehnya, Harvey biasanya berlagak angkuh, layaknya tokoh besar di dunia bisnis, tidak peduli dalam situasi atau tempat apa pun mereka bertemu.

Namun, Harvey yang Olga temui hari ini malah terlihat sangat kesepian, seperti seorang duda yang ditinggalkan oleh istrinya, tenggelam dalam kesepian yang membawa kesedihan.

Selama beberapa menit, keduanya duduk saling berhadapan dengan posisi yang masih sama.

Harvey menyodorkan menu ke hadapan Olga yang terus menggoyangkan kakinya, dan berkata dengan

murah hati, “Aku traktir, pilinlah sesuka hatimu.”

Olga selalu mementingkan soal makan. Bagaimanapun juga, prinsip hidupnya adalah orang yang tidak mementingkan makanan, pasti ada yang salah dengan cara berpikirnya.

Dan patut diingat, orang ini adalah Harvey Irwin!

Kapan lagi dapat kesempatan ditraktir seorang Harvey Irwin!

Olga menunjuk ke menu dengan sungkan, “Ini dan ini.”

Harvey berkata, “Kamu tidak perlu sungkan-sungkan.”

Harvey belum selesai berbicara, Olga sudah menambahkan lagi, “Selain dua ini, semuanya mau.” Harvey hanya bisa diam.

Olga menunjukkan senyumnya, “Maaf, Tuan Harvey, saya tidak mengenal kata ‘sungkan’.”

Harvey merentangkan tangannya dengan cuek, “Sesuai dengan yang dipesan oleh Nona ini.”

Olga mengumpat dalam hati. Harvey begitu kaya, sayang sekali Selena tidak memeras Harvey habis- habisan dulu sebelum berceral. 1

Sebagai gantinya, Olga mungkin tidak akan bisa memeras Harvey sampai habis—habisan, tetapi setidaknya Olga akan bisa menghamburkan sedikit uang Harvey.

Olga tersenyum bangga. “Tuan Harvey, tujuan Anda mencari saya hari ini pasti bukan hanya untuk mentraktir saya makan malam, ‘kan?”

Harvey bertanya dengan dingin. “Apakah kamu sudah bertemu dengan Seli?”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.