Antara Dendam dan Penyesalan

Bab 231



Bab 231

Setiap kasih sayang yang dipamerkan Agatha saat ini adalah sesuatu yang belum pernah dimiliki oleh Selena.

Harvey memberikan kasih sayang yang luar biasa pada Agatha, tetapi dia memberikan Agatha kehormatan yang cukup.

Di tengah kerumunan orang-orang, diam—diam Selena meninggalkan ruangan. Sinar mentari sore sedikit terik dan tangan menutupi wajah saking mempesonanya. Di dalam gambar tersebut, ada pria dan wanita yang digambar kartun sedang mengenakan baju pengantin sambil meringkuk bersamaan. Mereka berciuman di bawah bunga sakura yang bergoyang. Itu adalah lukisan yang sangat romantis. Sebenarnya, Selena juga memikirkannya, bahkan dia sendiri merancang beberapa versi gerakan tangan. Saat Selena menunjukkan pada Harvey dengan sangat antusias, Harvey menurunkan bulu matanya tanda tidak senang dari wajahnya.

Harvey menyentuh kepala Selena dan berkata dengan santai, “Maaf, Seli. Aku nggak berencana mengadakan pesta pernikahan, jadi untuk seserahannya...”

“Kenapa?” tanya Selena hati-hati.

“Kamu tahu identitasku, jadi aku agak kurang nyaman.”

Hanya satu kalimat yang langsung menghancurkan suasana.

Selena memikirkan pria yang menyelamatkannya saat jatuh ke laut dalam perjalanannya keliling dunia. Wajah pria itu tertutupi topeng dan mengenakan seragam militer yang berbau amis darah.

Ya, pria ini memiliki identitas lain yang mana Selena pun tidak berani bertanya lebih.

Selena tidak mempermasalahkannya dan merespons, “Oke. Kalau nggak mau, ya nggak apa—apa. Toh aku menikahimu, bukan pestanya.”

“Maaf, Seli. Beri aku beberapa tahun dan aku akan menyelesaikan semuanya. Dengan begitu, aku akan memberi tahu pada dunia kalau kamu adalah istriku, Nyonya Irwin.”

Selena membelai huruf H. Pada akhirnya, dia tak menunggu Harvey, melainkan Agatha yang menunggunya.

Begitu kotak kado dibuka, ada cokelat impor yang tertata dengan rapi dan sebotol parfum merek terkenal serta bunga abadi terdapat di dalamnya.

Agatha benar-benar orang yang murah hati.

Tak lama setelah itu, seserahan pertunangan Selena dengan Harvey pun tersebar di jagat maya. Hal ini membuat para netizen iri dan memuji kemurahan hati Agatha.

Ketika melihat berita terpanas, Selena tertawa kecil. Dia benar—benar tak bisa berdiam diri. Dia sangat ingin semua orang mengetahui identitas Agatha.

Tak seperti dirinya saat itu, Selena bahkan meminta pada Harvey cukup lama untuk foto pernikahannya.

Ketika membuka sepotong cokelat, aroma yang sangat lembut terasa di ujung lidah, tetapi ketika dimakan, rasanya sedikit pahit.

Jelas-jelas cokelat itu manis, kenapa sepahit ini?

Selena membuang semua seserahan pertunangan itu ke tong sampah. Dia memikirkan cara bagaimana bisa mendapatkan informasi tentang Farrel Sumargo. Dengan perasaan bingung, setumpuk proposal perencanaan dilemparkan di hadapannya.

Lala berkata dengan angkuh, “Tuan Harvey memintamu untuk mengantarkan proposal perencanaan itu.”

Tampak wajah yang semringah di mata Selena sembari berkata, “Pasti karena masalahmu sampai ke telinga Tuan Harvey. Aku peringatkan padamu, berpikirlah dengan baik sebelum berbicara. Jangan sampai kerja keras kita jadi sia—sia.”

Selena segera mengganti mode perdebatannya dan berkata, “Kalau aku adalah kamu, mending kita ngomong baik—baik. Kalau nggak... aku nggak bisa pastiin apa

aku akan berbicara omong kosong di depan Tuan Harvey. Paling—paling kita semua akan masuk neraka bareng-bareng. “Kamu! Selena!”

Selena berdiri dan mengambil proposal itu. Dia tersenyum seperti rubah dan

berkata, “Oh ya, saat aku pulang nanti aku mau minum teh stroberi dengan gula 30% dan airnya suhu normal. Makasih.”

Itu adalah permintaan Selena di hari pertama pada Lala yang saat itu adalah rekan kerjanya yang tidak keberatan untuk menuruti permintaan Selena.

Karena mereka sudah bermusuhan sejak lama, sekarang Selena bahkan tidak ingin mempertahankan hubungan di permukaannya saja. Dia pun mengambil proposal itu dan pergi. Lala dan semua orang tampak khawatir dan bertanya, “Tuan Harvey nggak akan melibatkan kita karena situasi Selena, ‘kan?*,

“Jangan khawatir. Tuan Harvey bukan orang yang seceroboh itu. Dia pasti ingin membersihkan nama Selena. Untuk proposalnya, biar nanti kubawa. Tuan Harvey nggak akan menyalahkan kami karena kami adalah orang-orang pekerja keras karena dirinya.”

Selena datang beberapa kali dan sudah tahu jalan keluarnya. Kemudian, dia mengetuk pintu dengan sopan.

Terdengar suara dari dalam dan berkata, “Masuklah.”

Selena mendorong pintu masuk secara perlahan dan Harvey bersandar di kursi dengan mata tertutup rapat dan wajahnya tampak kelelahan.

Selena meletakkan tangannya ke atas meja dan matanya yang tajam melihat lingkaran kain kasa putih yang melilit ke telapak tangannya.Belonging to NôvelDrama.Org.

Harvey terluka?


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.